Gema kiprah Shaggydog saat ini tidak hanya di dalam negeri tapi juga di mancanegara. Band asal kota Gudeg, Yogyakarta, ini menganggap bentuk penghargaan atau seringkali manggung di luar negeri dianggapnya sama saja. Band yang digawangi Heru (vokal), Richard (gitar), Raymond (gitar), Banditzt (bass), Lilik (kibor) dan Yoyo (drum) tetap melihat Indonesia sebagai industri musik yang sangat menjanjikan.
"Buat kami sama aja dapat penghargaan atau tampil di luar negeri. Disana mungkin apresiasinya lebih tinggi. Buat kami semua sama dan kita tidak memaksakan orang-orang untuk mendengarkan musik kami," tegas Heru.
Shaggydog memang telah wara-wiri menggelar konser di luar negeri. Tidak hanya konser mini tapi sebesar konser Woodstock pun bukan hal yang baru. Namun itu tak membuat Shaggydog melupakan bangsanya sendiri. "Buat kami musik indonesia secara industri sudah bagus tapi secara musisi sangat kurang. Konser di luar negeri pun kita bawa misi dengan memperkenalkan Indonesia di mata dunia karena selama ini mereka hanya tahu Bali saja," tandas Lilik mantap.
Shaggydog yang dijumpai selepas meluncurkan album terbarunya berlabel Bersinar, di MU Café, Jakarta Pusat, baru-baru ini menegaskan tetap bertahan di musik komunitas. Menurut Heru, Shaggydog menawarkan warna musik yang lain dan tidak banyak saingan. "Band pop pasti ada puluhan tapi disini kita punya massa serta pasar sendiri," ungkap Heru
Di album terbarunya ini, Shaggy bekerjasama dengan musisi asal Jerman. Berita menggembirakan bahwa lagu Shaggydog berjudul Sayidan ada di urutan 139 lagu terpopuler di dunia versi Majalah Rolling Stone AS. Kesempatan go international bukan hanya isapan jempol buat Shaggydog. "Kita tidak pernah punya mimpi untuk bisa go international. Awalnya kita terbentuk cuma karena iseng-iseng, cuma sebatas bercanda tapi pada kenyataannya kita bisa bermain di luar negeri," ungkap Heru yang disambut tepuk tangan seluruh personil Shaggydog. (sen)